Wednesday 4 March 2009

KOMITMEN SIRA BELUM BERUBAH

Tanggal 25 Februari 2009
WAWANCARA Tgk. H. Muhammad Shaleh, ST (Pj. Ketua Presidium SIRA,)


KOMITMEN SIRA BELUM BERUBAH
Pengantar
Jelang Pemilu 2009, sebagian besar Rakyat Aceh menilai antara bahwa SIRA sebagai organisasi sipil satu decade terakhir telah tumbuh berjuang bersama rakyat mewujudkan perdamaian. Namun kini telah menjadi partai politik lokal atau peserta pemilu di 2009. Sejauh mana kelanjutan perjuangan sira sebelumnya dengan kesiapan sira sebagai partai politik, ikuti wawancara Pj. Ketua Presidium SIRA Tgk. H. Muhammad Shaleh, ST dengan redaktur SIRA37.Blogspot.com berikut ini.

Dapat anda ceritakan awal mula pembentukan SIRA sebagai organisasi sipil di Aceh?

Latar belakang SIRA terbentuk ada beberapa hal. Pertama pengkhianatan dan manipulasi sejarah oleh pemimpin-pemimpin atau penguasa Indonesia terhadap rakyat Aceh, padahal rakyat Aceh telah berkorban mempertahankan Indonesia di nusantara dengan menyumbang pesawat Seulawah RI 1 dan RI 2 serta menyuarakan keberadaan Indonesia ke pelosok dunia melalui Radio Rimba Raya di Aceh Tengah. Kedua, Konflik vertical yang terjadi antara Aceh-Jakarta terus menerus dan tanpa penyelesaian dengan baik dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) seperti; terror/intimidasi, pemukulan, penyiksaan, penculikan dan pembunuhan sewenang-wenang terjadi hampir seluruh Aceh dan setiap hari. Ketiga, roda pemerintahan dan penegakan hukum di Aceh tidak berjalan sesuai aturan standar norma hukum yang berlaku, sementara keinginan rakyat untuk merdeka atau pisah dari Indonesia terus menggema hingga kepelosok desa dan gampong yang terpencil disisi lain juga timbul ide pembentukan negara federal dan ada juga ide tetap bergabung dengan Indonesia.


Itu Kapan?

Itu jauh sebelum era reformasi ada di Indonesia. Sementara sebahagian wilayah Aceh dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan di Aceh dalam hal ini Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang didukung oleh sebahagian besar rakyat Aceh. Disisi lain pengungsian terjadi dimana-mana sedangkan kepedulian pemerintah sangat terbatas bagi masyarakat korban kala itu. Dari itu, sehingga para pimpinan mahasiswa baik perguruan tinggi swasta dan negeri muncul inisiatif bersama untuk menyatukan ide dan mempersatukan pemikiran yang ideal guna untuk menyelesaikan konflik Aceh sehingga diadakanlah suatu Kongres Mahasiswa dan Pemuda Aceh Serantau (KOMPAS) pada tanggal 31 Januari – 4 Februari 1999 di Gedung Tgk. Chik Di Tiro Banda Aceh oleh Koalisi Aksi Reformasi Mahasiswa Aceh (KARMA) bersama Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN). Kongres tersebut dihadiri oleh 106 oragnisasi pemuda, paguyuban, buffer aksi, mahasiswa, intelektual, ulama dan NGO/LSM baik di Aceh, luar Aceh dan luar negeri. Hasil keputusan kongres tersebut memutuskan untuk penyelesaian masalah Aceh secara ideal, damai dan konprehensif yaitu dengan referendum (bergabung kembali dengan RI atau Merdeka) sekaligus pada saat itu dilahirkan lembaga perjuangan rakyar sipil Aceh yaitu Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam menyelesaikan konflik Aceh serta memperjuangkan Referendum Aceh secara damai dan demokratis.

Baik, Apa yang telah dilakukan SIRA untuk rakyat?

SIRA sebagai lembaga perjuangan damai rakyat sipil Aceh yang dimotori oleh 15 orang anggota dewan presidium dan dibantu oleh 17 Konsulat SIRA di Aceh dan Puluhan Konsulat SIRA di luar Aceh serta puluhan Konsulat SIRA di luar negeri telah berupaya penuh mewujudkan perdamaian untuk Aceh sebagaimana dirasakan saat ini, sekalipun tantangan dan resiko yang sangat besar harus diterima. Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh SIRA untuk rakyat Aceh belum seberapa; secara umum dapat dipaparkan kepada publik Apa-apa yang telah dilakukan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA). Awalnya Sosialisasi referendum bagi seluruh elemen rakyat Aceh di Aceh, luar Aceh dan luar negeri melalui media cetak dan elektronik baik lokal, nasional dan international. Disusul dengan membentuk konsulat-konsulat SIRA atau perwakilan- perwakilan SIRA di berbagai kabupaten kota seluruh Aceh, luar Aceh dan luar negeri khususnya wilayah atau daerah tempat masyarakat Aceh berdomisili hal ini dilakukan dalam rangka menyatukan visi dan misi untuk perjuangan damai referendum Aceh.
Dalam proses kemudian, SIRApun mendorong dan membentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan sipil Aceh untuk proaktif ikut serta dalam memberdayakan rakyat sehingga memperkuat kampanye perjuangan referendum damai Aceh. Serta melakukan investigasi-investigasi terhadap berbagai pelanggaran HAM dan pendataan serta kampanye pelanggaran HAM yang terjadi di seluruh Aceh, hal ini dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat Aceh di seluruh Aceh dan luar Aceh. Diperkuat lagi dengan aksi-aksi pressure group baik dialogis, diskusi dan seminar-seminar serta aksi jalanan baik di Aceh, luar Aceh dan luar negeri.
Yang menjadi ingat kita bersama saat SIRA Mengorganisir rakyat Aceh dalam rangka penyatuan visi terhadap referendum Aceh di berbagai kabupaten/kota seluruh Aceh dan luar Aceh. Puncaknya mungkin pada pengorganisiran rakyat Aceh secara kolosal dengan tema Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum Aceh (SU-MPR Aceh) pada tanggal 8 November 1999 di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Kerja-kerja lainnya?

Ya, melakukan Lobby-lobby dengan tokoh-tokoh masyarakat, mahasiswa, NGO nasional dan international, dalam rangka penyelesaian konflik Aceh secara damai dan adil untuk percepatan menuju meja perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mengirim aktifis SIRA ke berbagai negara untuk membekali diri dengan berbagai ilmu termasuk diplomasi/lobby dan training-training serta melakukann lobby-lobby, kampanye HAM dan referendum Aceh di luar Aceh dan luar negeri. Hingga mendorong serta memberi masukan strategi, ide dan pemikiran-pemikiran untuk mempercepat perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) baik masa Cessetion Of Hostilitis Agreemen (COHA) dan Memorandum Of Understanding (MOU) di Helsingki, Findlandia. Pasca itu, kita mensosialisasikan butir-butir MoU Helsingki bagi masyarakat luas di Aceh dan luar Aceh, serta berperan aktif mengawal pelaksanaan Undang-undang Pemerintahan Aceh (UUPA) agar sesuai dengan MoU Helsingki (Perlu dingingat belum seluruhnya butir-butir UUPA sesuai dengan MoU Helsingki; menjadi tanggungjawab bersama untuk memperjuangkannya). Dan kerja lainnya, mengisi ruang demokrasi semasa perdamaian berlangsung dengan membentuk partai politik lokal Aceh yaitu Partai Suara Independen Rakyat Aceh (PARTAI SIRA), hal ini sesuai dengan amanah MoU Helsingki 15 Agustus 2005 dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh No. 11 tahun 2006.

Setelah satu decade apa masih ada hubungan emosional yang sama dengan SIRA diawal-awalnya?

Hubungan emosional masih tetap tumbuh dan terjalin hingga saat ini, sekalipun sedikit berkurang atau lebih, hal tersebut terjadi barang kali karena kondisi, waktu dan pengaruh lainnya sekalipun tidak seluruhnya. Koordinasi baik dengan lembaga dan personal yang membentuk SIRA hingga saat ini masih terus terkonsolidasi sekalipun sudah berubah kondisi dan profesinya masing-masing. Saat ini kita semua mendukung pelaksanaan MoU Helsingki yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki Finlandia tanggal 15 Agustus 2005 demi mewujudkan perdamaian yang abadi di Aceh.


Kenapa SIRA bentuk Partai, apa tujuan Partai SIRA ?

SIRA membentuk Partai untuk saat ini adalah hal yang mutlak penting dan perlu salah satunya guna untuk mengawal, melanjutkan dan menuntaskan cita-cita perjuangan damai sipil Aceh serta menyelamatkan perjuangan rakyat Aceh agar tidak sia-sia terhadap apa yang telah dikorbankan selama ini. Disisi lain juga merupakan salah satu strategi untuk menyalurkan aspirasi politik yang handal, merespon kondisi dan menyahuti dan meneruskan perdamaian yang telah tumbuh di Aceh sesuai dengan amanah MoU Helsingki dan Undang-undang Pemerintah Aceh (UUPA) bahwa; seluruh rakyat Aceh berhak membentuk partai-partai politik lokal.

Tujuan Partai SIRA sebenarnya dapat ditanyakan langsung kepada ketua Umum Partai SIRA.
Secara umum Parta SIRA tujuannya adalah; memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Aceh; mendorong perdamaian yang berkelanjutan di Aceh; memperjuangkan penegakan HAM dan demokrasi di Aceh; memperjuangkan kedaulatan rakyat; serta menciptakan keadilan sosial dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Berapa besar persentase orang SIRA yang masuk Partai SIRA?

Sebenarnya tidak hanya orang SIRA, tetapi pendukung aktifitas SIRA sebelumnya hampir seluruhnya masuk. Karena syaratnya sangat mudah yaitu berkomitmen tinggi untuk menciptakan perubahan, siap berdemokrasi yang benar tanpa pemaksaan dan cinta perdamaian. Banyak rakan-rakan pendukung Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) yang duduk dalam pengurus Partai SIRA bahkan ada juga menjadi caleg sekaligus.
Adakah orang SIRA yang jadi caleg di partai lain, mengapa, apa harapan anda
Ada juga sebahagian aktifis SIRA kemarin, masuk ke partai-partai lain. Ini terjadi karena dalam garis perjuangan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) tidak menganut system otoriter akan tetapi SIRA menghargai hak-hak demokrasi setiap orang dan membenci kekerasan yang dilakukan oleh siapapun kapanpun dan dimanapun.
Oleh karena itu setiap orang SIRA boleh menentukan sikap politiknya masing-masing tidak mesti menggunakan kenderaan politik Partai SIRA yang penting diharapkan ikut serta dalam partai politik lokal sesuai MoU Hesingki, Undang-undang Pemerintahan Aceh No. 11 tahun 2007 dimana jumlah partai politik lokal 6 (enam) yaitu; 1. Partai SIRA (Suara Independen Rakyat Aceh), 2. Partai Aceh (PA), 3. Partai Rakyat Aceh (PRA), 4. Parta Daulat Aceh (PDA), 5. Partai Aceh Aman Sentausa (PAAS) dan 6. Partai Bersatu Aceh (PBA). Sekali lagi seluruh partai politik lokal tersebut memiliki kedudukan yang sama dimata hukum sesuai dengan MoU Helsingki, UUPA No. 11 tahun 2007 dan Keputusan Peratuan KPU Pusat tahun 2008.

Bagaimana penilaian atas kinerja rakan-rakan pejabat kepala pemerintahan dari kalangan SIRA?

Secara umum kami lihat sudah mulai ada perubahan, hal ini terlihat dari semangat dan langkah-langkah yang dilakukan untuk menuju perubahan telah dapat dirasakan sekalipun masih lamban. Untuk sukses program pemerintah kami yakin harus ada kemauan dan semangat yang tinggi baik pihak eksekutif, legislative dan rakyat pada umumnya. Untuk itu kerjasama penting dan sangat penting lagi adalah keikhlasan, tanpa kerjasama dan keikhlasan perubahan untuk menuju keadilan dan kesejahteraan rakyat tidak dapat terjadi. Mari kita bersama-sama membangun Aceh dan mengajak semua elemen masyarakat agar terlibat aktif dalam pembangunan Aceh masa depan serta tidak melupakan mitra-mitra dan teman sejawat selama perjuangan, karena tanpa dukungan mereka kita tidak dapat mewujutkan cita-cita menuju ke puncak.


Posisi yang lain dilirik partai/SIRA selain legislative dan eksekutif

Sebenarnya pengurus Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) dan Partai SIRA (Suara Independen rakyat Aceh) tidak mengharap lebih banyak, namun orang-orang SIRA, simpatisan SIRA dan rakyat Aceh menginginkan damai yang hakiki, keadilan secara adil dan kemakmuran secara merata sehingga Aceh menjadi daerah yang maju dan jaya penuh dukungan rakyat serta selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
Dan untuk mewujudkan cita-cirta tersebut tentu akan dilakukan langkah-langkah strategis dari awal, sekarang dan kedepan dengan membekali diri untuk duduk diberbagai level pimpinan Aceh ke depan. Hal ini sesuai dengan firman Alllah yang artinya “Tidak akan berubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang melakukan perubahannya” oleh karena itu mari kita melakukan perubahan sejak dini dan kedepan demi generasi muda kita yang akan datang. Sekali lagi mari kita bergabung dan bersatu padu dalam barisan SIRA, mari bersatu menuju kemenangan rakyat Aceh. Selamat dan sukses untuk pemenangan harapan rakyat.

Terakhir, Apa Harapan anda pada rakyat Aceh?

Harapan kita semua masyarakat Aceh dapat ikut serta mensukseskan pemilu 2009 di Aceh, saling menghargai satu sama lain, tidak bersikap arogan atau tidak angkuh dan tidak melakukan pemaksaan serta tidak melakukan intimidasi terhadap masyarakat pemilih. Wujudkan demokrasi yang baik tunjukkan bahwa kita semua terbaik dan masyarakatlah yang akan melihat dan menentukannya. Sekali lagi mari kita hargai hak-hak demokrasi rakyat Aceh yang baru saja lepas dari konflik berkepanjangan. Selamat berdemokrasi dalam suasana damai, aman dan tentram partai lokal salah satu jalan menuju perubahan yang lebih baik dimasa yang akan datang.(*) Selengkapnya...

Saturday 28 February 2009






Selengkapnya...

Thursday 12 February 2009

2009: PRA versus SIRA versus GAM

Pertarungan politik yang patut diobservasi oleh berbagai kalangan kedepan adalah antara PRA, SIRA dan partai GAM. Ketiga partai lokal ini, kalau lolos verifikasi Dephumham diprediksikan akan menjadi tiga partai besar di Aceh kedepan. Ketiganya hari ini sedang melakukan konsolidasi luar biasa di berbagai level.
Partai Rakyat Aceh atau PRA yang dimotori oleh para mantan aktivis mahasiswa dan kelompok sipil Aceh adalah salah satu partai yang paling awal dideklarasikan. Tidak tanggung-tanggung, mereka menamakan partainya dengan Partai Rakyat Aceh. Manuver paling hebat dari partai ini adalah menunjuk Aguswandi sebagai Ketua Umum partai.. Ditunjuknya Aguswandi, lulusan Inggris, mantan musuh negara dan tokoh Aceh yang paling dikenal di dunia internasional, telah membuat popularitas PRA terdongkrak dengan tajam. Agus yang sebelumnya bahkan lebih popular dari Muhammad Nazar, melakukan konsolidasi dan menyatukan berbagai komponen sipil Aceh kedalam partai baru ini.

Secara konseptual PRA bahkan mengklaim dirinya yang paling siap. Visi PRA yang bisa dibaca di website mereka (http://www.partairakyataceh.org/) memperlihatkan kesiapan mereka secara konseptual dan mengambarkan PRA sebagai partai yang modern. Kreatifitas kampanye dan militansi yang sangat tinggi dari para pengurus PRA diperkirakan akan membuat mereka sangat kuat. Bagaimanapun partai ini akan mengalami banyak kendala karena lemah secara logistik dan berbagai tuduhan buruk yang ditempatkan ke tubuh mereka. Isu retaknya pengurus PRA, digantikannya Aguswandi, baru-baru ini juga diperkirakan akan sangat mempengaruhi solidnya partai PRA secara internal.

Yang paling diperhitungkan oleh banyak kalangan sebenarnya adalah Partai SIRA. Secara popularitas SIRA punya ketenaran yang hampir sama dengan GAM. Muhammad Nazar, mantan ketua SIRA dan juga sekarang menjabat wakil Gubernur Aceh adalah tokoh kunci yang sudah dikenal berbagai kalangan. Secara organisasi, perwakilan SIRA yang ada di berbagai kabupaten akan dengan mudah di transformasi dari SIRA sebagai Sentral Informasi Referendum Aceh menjadi partai SIRA, Suara Independen Rakyat Aceh.

Terpilihnya Taufik Abda yang dikenal sangat rajin dan mudah bergaul membuat SIRA akan lebih mudah berinteraksi dengan berbagai kalangan, termasuk kelompok sipil non SIRA di Aceh. Secara politik bergabungnya mantan negosiator GAM di Helsinki : Nur Djuli, Shadia Marhaban, dan Bakhtiar Abdullah kedalam SIRA membuat partai SIRA tidak bisa ditandingi. Irwandi, yang tidak lagi diterima dalam partai GAM, bahkan sudah menyatakan komitmennya dengan SIRA melalui jembatan Faisal Ridha, tokoh SIRA yang paling banyak berada di belakang layar.

Dukungan logistik dan strategi konsolidasi yang hebat dari SIRA akan membuat mereka menjadi partai paling makmur. Dukungan logistik untuk SIRA selain melalui kantor Wakil Gubernur, usaha bisnis dari para tokoh SIRA, juga dilakukan menggunakan jalur BRA (Badan Reintegrasi Aceh) yang operasionalnya dipimpin oleh Dawan Gayo yang juga sekretaris jenderal SIRA. Secara politik konsolidasi SIRA yang paling strategis adalah melalui Tim Asistensi Gubernur Aceh yang semua personilnya adalah tokoh-tokoh utama dari partai SIRA.

Partai GAM adalah partai ‘contender' yang paling serius lainnya untuk pemilu Aceh 2009. Secara nama, sejarah dan pengalaman, GAM adalah yang paling besar. Meuntro Malik Mahmud dan Muzakkir Manaf lansung terlibat penuh dalam partai ini. Mobilisasi terbesar partai GAM adalah melalui konstituen tradisional mereka dan juga jalur KPA (Komite Peralihan Aceh). Walaupun masih terjadi perpecahan, tetapi figur Malik dan Muzakir tetaplah figur pemersatu dalam tubuh GAM. Bergabungnya beberapa tokoh Muda, seperti Nurzahri, mantan Sekjen SIRA, Kautsar Muhammad Yus, dan beberapa tokoh muda lainnya dalam partai GAM ini membuat kualitas dan peluang partai GAM menjadi lebih baik.

Secara dukungan logistik, partai GAM masih mudah mendapatkannya. Dukungan utama secara logistik dari partai GAM adalah melalui Bupati Pidie yang dikenal paling loyal terhadap Meuntro Malik dan Tgk. Muhammad Lampoh Awee. Dukungan logistik lainnya untuk GAM adalah dari tokoh-tokoh GAM yang sekarang mulai terlibat dalam berbagai usaha bisnis di Aceh.

Masalah utama dari partai GAM adalah apakah mereka akan lewat verifikasi atau tidak. Kalau bendera dan lambang GAM terus dipertahankan maka akan hampir dipastikan GAM tidak akan lolos verifikasi dari pemerintah. Kalau mereka merubah nama dan bendera, maka akan memperlemah dimana mereka harus mulai memperkenalkan nama partai barunya dari nol/awal lagi. Ini akan sangat menguntungkan PRA dan SIRA yang secara nama sudah duluan dikenal oleh masyarakat luas. Konflik internal yang mungkin akan terus berlanjut dalam tubuh GAM juga akan membuat konsolidasi mereka lebih sulit.

Pemilu 2009 akan menjadi pemilu sangat menarik bagi rakyat Aceh. Ketiga partai lokal ini sebenarnya adalah punya konstituen yang hampir sama. Tetapi mengharapkan mereka membangun koalisi akan sangat sulit. PRA adalah partai yang sangat percaya diri dengan konsep dan militansi mereka. SIRA akan merasa paling kuat dan berambisi sekali untuk berkuasa. GAM adalah partai yang selalu percaya bahwa secara sejarah mereka adalah yang paling berhak memimpin Aceh. Koalisi akan sulit, walaupun tidak mustahil. Bagaimanapun kita mengharapkan semoga pemilu Aceh 2009 bisa berlansung damai, siapapun pemenangnya.

Penulis adalah pengamat masalah politik Aceh. Tinggal di Kabupaten Bireuen-NAD


Selengkapnya...

Taufik Abda Pimpin Partai SIRA

Banda Aceh - Setelah menjalani pemungutan suara, akhirnya peserta Kongres Partai SIRA, Kamis (13/12), memilih Muhammad Taufik Abda. Ia mengantongi 142 dukungan suara dari 230 pemilih.

M Taufik Abda mengalahkan dua kandidat lainnya, Muhammad MTA dengan 48 suara dan H Muhammad Saleh ST 12 suara. Kemenangan Taufik diluar prediksi publik. Sebelumnya nama Muhammad Nazar disebut-sebut memastikan memimpin partai lokal tersebut. Dalam pemilihan tersebut, Wakil Gubernur NAD itu tidak maju bertarung memperebutkan kursi ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai SIRA. Ia lebih memilih duduk kursi ketua Majelis Tinggi Partai dan didamping Faisal Ridha sebagai sekretaris.

Pemungutan suara dimulai sekitar pukul 14.30 WIB. Setelah beberapa waktu peserta memberikan suaranya, tercatat 202 menyalurkan hak politiknya. Para kandidat diseleksi Majelis Tertinggi Partai, sebelum akhirnya bertarung memperebutkan suara. Aktivis Reza Fahlevi mengharapkan kepada ketua terpilih membawa agenda partai sesuai yang diharapkan. "Siapa saja yang terpilih harus mampu merangkul semuanya demi masa depan partai," kata dia.

Targetkan
Sementara itu, Ketua Majelis Tinggi Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Muhammad Nazar menargetkan akan memenangi pemilihan umum di Aceh tahun 2009.

"Semua ingin menang," kata dia. Meski pada Pemilu nantinya banyak partai, lanjut Wakil Gubernur Aceh itu, bukan berarti menjadi lawan Partai SIRA. Akan tetapi, semuanya mitra dalam sebuah pesta demokrasi .

Terpilihnya pengurus partai, maka Partai SIRA secara resmi telah berdiri dan untuk selanjutnya akan menjadi wadah politik. Tinggal bagaimana para pengurus partai menyusun konsolidasi dan menjadikan Partai SIRA mampu berbicara di kancah perpolitikan Aceh.

Partai SIRA, kata Nazar, merupakan partai yang terbuka bagi siapa saja. "Kita saat ini sudah memasuki arena politik. Untuk itu kemampuan dan kapasitas kita di sini akan diuji bagaimana membawa partai menjadi milik masyarakat," ungkap dia.

Diterima atau tidaknya Partai SIRA oleh masyarakat tergantung kemampuan pengurus dan kader menyosialisasikan kepada rakyat. "Ibarat produk, Partai SIRA harus mampu dibeli rakyat Aceh," kata Muhammad Nazar.

Salah seorang peserta Kongres mengatakan terpilihnya Taufik Abda sebagai Ketua Umum DPP Partai SIRA diyakininya akan kurang bisa membawa "luck" bagi partai ini, karena Taufik Abda terkenal sebagai orang yang keras atau kaku.

"Taufik Abda juga belum dikenal masyarakat Aceh, buktinya dalam Pilkada 2006, dia kalah ketika mencalonkan diri sebagai Walikota Banda Aceh," tambah sumber ini. (*)
Selengkapnya...

Atribut Partai SIRA dibakar OTK lagi !

Aceh Utara : Sejumlah atribut Partai Sentral Informasi Rakyat Aceh (SIRA) dinyatakan di bakar dan dirusaki oleh Orang Tak di Kenal (OTK) di beberapa Kecamatan dalam Aceh Utara sepanjang Kamis (15/1) Malam. Pihak Partai SIRA sangat menyesalkan kasus Politik curang seperti ini yang dimainkan oleh Partai lain ke Partai SIRA. Pernyataan itu disampaikan oleh Dewan Majelis Tinggi SIRA Pusat Muhammad Saleh, ST kepada AchehPress.com.

Menurut pengakuan dari kader SIRA asal Desa Long Baroe, Kecamatan Lapang Tgk. Hadi, bahwa pembakaran dan pengrusakan partai kami dilakukan oleh pihak partai lain pada tengah malam hari pada saat warga sedang tertidur lelap.

Dalam sepanjang malam hari kemarin (15/1), sedikitnya tiga baliho yang mengalami kerusakan dan ratusan bendera partaipun hilang di beberapa kecamatan dalam Aceh Utara. Adapun atribut yang di bakar adalah atas nama Faurizal, Tgk. Amarullah, Tgk. Husaini, Jamiati Keumala Dewi dan Muhammad Saleh, ST yang merupakan Caleg DPRA dari Partai SIRA,” sebutnya.

Dewan Majelis Tinggi SIRA menyesalkan perbuatan seperti ini karena sudah melanggar dari UU PA dan amanah dari MoU Helsinki yang menyampaikan tentang pembentukan Parlok-parlok yang ada di Aceh. ”Tidak ada istilah yang menganggap keberadaan Parlok di Aceh hanya satu partai. Kalaupun ada yang berani mengatakan seperti itu dari salah satu partai lokal, maka partai itu sudah pembohongan publik,” tegasnya.

Dia menambahkan, dengan dirusaki dan dibakarnya sejumlah atribut partai, SIRA tidak merasa berada dalam kekalahan. ”Kami tadi sore (16/1) memasang kembali atribut partai kami oleh sejumlah ranting dan disaksikan oleh puluhan warga,” katanya.

Dia menghimbau kepada seluruh kader dan ranting partai yang ada di seluruh Aceh agar dapat menenangkan diri dan jangan sampai terprovokasi dengan ancaman teror dan pelecehan partai. ”Kita serahkan dengan pihak berwajib dan kami menghimbau kepada partai yang melakukan politiknya dengan melanggar ketentuan undang-undang kepemiluan untuk segera berubah dalam menjaga perdamaian Pemilu di Aceh,” himbaunya. (*)


Selengkapnya...

Kantor Partai SIRA Bireuen Dibakar

[BANDA ACEH] Kantor Komite Pimpinan Kecamatan (KPK) Partai Suara Independen
Rakyat Aceh (SIRA) Kota Juang Bireuen, Provinsi Aceh, dibakar oleh pelaku yang
belum diketahui identitasnya pada Minggu (21/9). Insiden tersebut tidak
menimbulkan korban, yang terbakar pada bagian depan bangunan. Api berhasil
dipadamkan warga dalam waktu singkat.

Ketua Partai SIRA Bireuen, Khairil kepada wartawan, Minggu (21/9) mengatakan,
berdasarkan keterangan warga, beberapa saat sebelum pembakaran, sejumlah warga
melihat ada sebuah mobil Avanza warna hitam melintas di depan kantor itu. Dari
mobil tersebut turun dua orang menyiram minyak dan membakar, masyarakat yang
melihat langsung mendatangi kantor dan menyiram dengan air, sedangkan pelaku
langsung kabur ketakutan.

Kepala Kepolisian Resor (Polres) Bireuen, AKBP T Saladin melalui Kepala Satuan
Reserse dan Kriminal, AKP Trisna Safari membenarkan insiden itu. Polisi sudah
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan barang bukti berupa satu jeriken yang
diduga dipakai pelaku untuk menyiram minyak ke kantor itu.

Terkait dengan pembakaran kantor Partai SIRA Bireuen, Wakil Gubernur Aceh,
Muhammad Nazar mengatakan, pihaknya tidak mau menuding siapa pelakunya.

Dia mengingatkan, perdamaian Aceh bukan hanya untuk kepentingan rakyat Aceh,
melainkan juga untuk kepentingan nasional, bahkan dunia internasional. Semua
masyarakat Aceh bersama-sama menjaga perdamaian yang sedang berlangsung di
Aceh. [*]


Selengkapnya...

Seratusan Bendera Partai SIRA dicopot

LHOKSEUMAWE - Sebanyak 119 dari 500 lembar bendera partai Suara Independent Rakyat Aceh (SIRA) yang dipasang di wilayah pemilihan dua (II), yakni di Kecamatan Muara Satu, Muara Dua, dan Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe dicopot (hilang-red) orang tak dikenal sejak seminggu terakhir.

Rudi, Ketua Partai SIRA Kota Lhokseumawe, Rabu (3/9) merincikan beberapa lokasi (desa-red) tempat pemasangan bendera yang hilang yakni, Desa Blang Naleung Mameh 18 lembar, Batuphat Barat 09 lembar, Batuphat Timur 11 lembar, Blang Pulo 12 lembar, Padang Sakti 08 lembar, Paloh Meuria 05 lembar, dan Keude Cunda 09 lembar. Ke semua desa itu bernaung di bawah Kecamatan Muara Dua dan Muara Satu, semuanya berjumlah 77 lembar.

Selanjutnya di Kec. Banda Sakti yakni di Simpang Lestari 05 lembar, Jalan Merdeka atau depan Masjid Baiturahman 15 lembar, Lapangan Hiraq 12 lembar, Simpang Kuta Blang 03 lembar dan di Jembatan depan BNI Cabang Lhokseumawe 07 lembar, jumlah keseluruhan bendera partai SIRA yang dicopot orang tak dikenal di Kecamatan Banda Sakti sebanyak 42 lembar.

“Jumlah total bendera yang kita pasang di tiga kecamatan 500 lembar dan jumlah bendera yang telah dinyatakan hilang 119 lembar. Umumnya, bendera yang hilang adalah bendera yang dipasang di lokasi yang suasananya agak sunyi dan jauh dari keramaian masyarakat,” jelas Rudi.

Kehilangan sejumlah bendera itu diketahui, setelah dilakukan pemantauan oleh tim dari partai itu sendiri ke sejumlah titik tempat pemasangan bendera. Sesuai dengan hasil temuan tim di lapangan, selain dicopot, bendera partai SIRA juga dirobek-robek oknum yang tidak bertanggungjawab itu.

“Ini pekerjaan pihak yang iri dengan kehadiran partai SIRA di kencah perpolitikan. Apalagi, partai SIRA selama ini diterima dengan baik oleh masyarakat Aceh,” kata Rudi menjawab pertanyaan Waspada.

Karena itu, kepada siapa saja pelaku pengrobekan dan pencopotan bendera Partai SIRA diimbau untuk segera bertaubat dan segera menghentikan perbuatan yang dapat merusak suasana perdamaian di Bumi Nanggroe Aceh Darussalam. Apalagi, sekarang ini, kita semua sedang menjalankan ibadah puasa dan tidak sepantasnya melakukan perbuatan yang tidak terpuji.

Kepada para kader dan pengurus partai SIRA diharapkan untuk dapat menahan diri dan bersabar karena kesabaran merupakan bagian daripada iman. (ags/cmun)

Sumber Harian Waspada

Selengkapnya...

Saturday 29 November 2008


Banda Aceh | Harian Aceh—Kepungan banjir semakin meluas merendam Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Langsa, Sabtu (29/11). Ratusan rumah warga, sekolah, kantor pemerintahan dan swasta di lintas Timur-Utara itu ‘terapung’.
Seorang warga melintasi arus banjir di Jalan Samudera, Lhokseumawe, sambil memapah anaknya yang merupkan murid SD, Sabtu (29/11). Akibat banjir, aktivitas belajar di Lhokseumawe terpaksa dihentikan. (foto HARIAN ACEH | IRMAN SJAH)
Di Kota Lhokseumawe, sebagian besar ruas jalan tampak seperti sungai. Misalnya, Jalan Samudera, Jalan Darussalam, Jalan Tgk Chik Ditiro, dan lorong penghubung antar-jalan tersebut, yang merupakan jalur padat lalu lintas. Puluhan kendaraan roda dua dan empat sempat terjebak dalam air yang mencapai ketinggian melewati lutut orang dewasa. Sejak siang hingga sore, beberapa ruas jalan terpaksa ditutup.

Selain itu, aktivitas belajar-mengajar di semua sekolah di Jalan Samudra, di antaranya SMPN 1, MTsN, SDN 2, SDN 3, dan Taman Kanak-kanak Pertiwi, serta sekolah di Jalan Darussalam, seperti SMAN 1, SMPN 2 Lhokseumawe, dihentikan secara mendadak menyusul datangnya banjir yang menerobos ruangan belajar.
Banjir juga melumpuhkan aktivitas kantor pemerintahan dan swasta, serta tempat usaha perdagangan di sejumlah titik di kota Lhokseumawe. Beberapa desa dan kelurahan di seputaran pusat kota, nyaris tidak ada rumah warga yang luput dari genangan air. Warga terpaksa menyelamatkan perabotan dan barang inventaris lainnya ke tempat yang lebih tinggi. Rata-rata warga terlihat pasrah dengan situasi tersebut karena hujan lebat terus mengguyur.
Aceh Utara
Di Aceh Utara, sebagian wilayah barat dikepung banjir. Misalnya, Kecamatan Langkahan, Lhoksukon, Matangkuli, Paya Bakong, Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Baktiya, Cot Girk, Tanah Luas, Tanah Pasir, Syamtlira Aron, dan Lapang. Warga di sejumlah kecamatan itu dilaporkan bersia-siap mengungsi karena khawatir dengan ancaman banjir lebih dahsyat dari daerah penggunungan.
Sejumlah sekolah di Aceh Utara bernasib sama seperti di Kota Lhokseumawe. SMPN 1 dan SMAN 1 Langkahan, misalnya, banjir menggenangi ruangan belajar sekolah tersebut hingga sebatas lutut murid. Akibatnya, menurut pesuruh di SMPN 1, Mukhtar, proses belajar-mengajar terpaksa dihentikan. Buruh bangunan beberapa bangunan di sekolah itu juga menghentikan aktivitasnya.
“Saluran pembuang di daerah ini tersumbat, sehingga ketika hujan lebat beberapa hari ini mengakibatkan banjir hingga ke lingkungan sekolah kami,” kata M Isa Samidan, Kepala SMAN 1 Langkahan, saat dihubungi terpisah.
Menurut M Isa, banjir juga merendam Desa Simpang Tiga, Matang Rubek, dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Langkahan. Warga setempat memperkirakan, bila hujan terus mengguyur dipastikan air dari penggunungan akan mengakibat banjir bandang yang menyapu kawasan pedalaman Aceh Utara itu. “Hingga siang ini (kemarin siang—red), hampir semua rumah sudah tergenang air,” katanya.
Di Kecamatan Lhoksukon, menurut Camat setempat, Hanafiah, banjir menyapu sejumlah desa hingga pusat kota. Bahkan, aktivitas di pusat perbelanja dilaporkan terhenti karena genangan air yang semakin meluas. Para pedagang ikan terpaksa pindah ke badan Jalan Banda Aceh – Medan untuk membuka lapak darurat. Sementara bangunan rumah toko yang lebih rendah dari badan jalan di lintasan itu terendam air.
Aceh Timur
Ratusan rumah dan ribuan hektar areal pertanian masyarakat tergenang menyusul meluapnya sungai di sejumlah kecamatan di Aceh Timur.Kawasan yang terparah terkena banjir yaitu Kecamatan Darul Aman, Julok, Simpang Ulim, Madat, Pante Bidari, Banda Alam, Darul Falah, dan wilayah Ranto Peureulak serta Birem Bayeun.
Untuk Kecamatan Darul Aman, berkisar 34 desa tergenang dan lebih kurang 500 hektar lahan persawahan tenggelam dari 21.185 hektar areal persawahan yang rencana tanam di daerah itu. Sementara warga mengungsi ke rumah-rumah tetangga yang belum tersentuh banjir.
Zulkifli, warga Gampong Jalan, Kecamatan Darul Aman menjelaskan, air mulai naik pada Sabtu (29/11) sekira pukul 03.00 dini hari. "Selain guyuran hujan seharian penuh, banjir juga diakibatkan salah satu pintu air irigasi yang tertutup mati dan tidak bisa dibuka lagi sehingga airnya meluap ke perkampungan," sebutnya.
Sementara di Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur juga menenggelamkan beberapa desa beserta areal pertanian masyarakat yang berada di daerah itu, di antaranya Desa Meudang Ara, Keude Bagok, Matang Seuleumak, Gampong Lhe, dan Baroh Bugeng.
Beberapa sekolah di sejumlah kecamatan yang terkena banjir juga ikut terendam, sehingga aktivitas belajar lumpuh total. Sejumlah titik di ruas jalan negara Medan-Banda Aceh juga ikut tergenang hingga mencapai ketinggian melewati tumit orang dewasa, terutama di Gampong Meudang Ara, Nurussalam, Aceh Timur.
Akibat genangan air di badan jalan itu, setiap kendaraan yang melewatinya harus ekstra hati-hati. Beberapa sepeda motor terjebak banjir hingga mesin kendaraannya mati di tengah genangan air.
Di Kecamatan Darul Falah, banjir melanda Desa Krueng Bugeng, Cempedak, Tunong Ule Gajah, Paya Krueng, dan Alue Siwah Sa. Untuk Kecamatan Pante Bidari yakni Desa Blang Seunong, Buket Krueng dan Alue Ie Mirah.
Selanjutnya di Kecamatan Banda Alam, terdapat lima desa yang terendam banjir, yaitu Paya Lemam, Jambo Sa, Jambo Reuhat, Seunebok Bangau, Blang Rambong, dan Panton Rayeuk. Sedangkan di wilayah Ranto Peureulak di antaranya Desa Punti Payong, Seumali, dan Tanjung Tani. Banjir juga melanda beberapa desa di Kecamatan Birem Bayeun, perbatasan Aceh Tamiang.
Menyikapi permasalahan banjir tahunan itu, Wakil Bupati Aceh Timur Nasruddin Abubakar di sela-sela peninjauannya ke lokasi banjir mengatakan saat ini pihaknya terus mendata masyarakat yang menjadi korban banjir. “Bantuan masa tanggap darurat mulai kami salurkan,” sebutnya.
Mengungsi ke Bukit
Puluhan keluarga dari belasan gampong di Kecamatan Kuta Binjee dan Indra Makmu, Aceh Timur, dilaporkan mengungsi ke kawasan perbukitan akibat rumah mereka dikepung banjir, Sabtu (29/11). Banjir juga menyeret padi dan tanaman palawija lainnya yang tengah dipanen petani setempat.
Cut Nek, 40, warga Kuta Binje, kemarin sore melaporkan, warga yang sudah mengungsi berasal dari Gampong Keumeuneng, Blang Ladang Baro, Seuneubok Baro, Buket Panyang, Teupin Raya, Blang Jambe, Mideun, Mane Ramphak, Julok Tunong, Labuhan, Paya Pasi, dan Gampong baro,
“Sejak pagi, banjir sudah menggenangi rumah-rumah warga. Menjelang sore, air terus meninggi mencapai satu meter karena hujan lebat yang tak kunjung berhenti, sehingga warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan buruk lainnya,” kata Cut Nek.
Warga lainnya menyebutkan, hampir sati kilometer badan Jalan Banda Aceh–Medan, di kawasan Kuta Binje, terendam banjir dengan ketinggian melewati lutut orang dewasa. Banjir juga melanda Desa Tanjung Meunje, Paya Naden, Putoh, Seneubok Pidie, dan Matang Pudeng, Kecamatan Madat.
“Banjir tidak hanya merendam rumah penduduk, tetapi juga menyeret padi dan tanaman palawija yang saat ini tengah dipanen. Padi yang sudah dipotong gagal dirontokkan, malah ada yang sudah hanyut sehingga warga harus memungutnya di antara genangan air,” kata Alamsyah, warga Madat.
Langsa
Rumah-rumah penduduk di sejumlah desa sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Langsa diterobos banjir. Curah hujan hingga Sabtu (29/11) sore belum berhenti, sementara ketinggian air telah mencapai satu meter di pemukiman penduduk seperti di desa Gampong Jawa Belakang, Seulalah, Sidorejo, Sidodadi, Meurande, Langsa Lama, Asam Petik, Gampong Baru, dan Pondok Pabrik.
Menurut Dolles, warga Sidorejo, Kecamatan Langsa Lama, kondisi seperti itu sudah merupakan rutinitas tahunan bagi warga di sana. “Jadi kami telah siap apabila hujan turun yang cukup lama seperti hari ini (kemarin—red), warga di sini telah terlebih dahulu mengungsikan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi,” katanya.
Pantauan Harian Aceh, beberapa ruas jalan atau lorong tidak bisa lagi dilalui karena dipenuhi air setinggi dada orang dewasa. Seperti Jalan Masjid, Sidodadi, dua titik badan jalan itu tergenang hingga setinggi dada orang dewasa sehingga mahasiswa Universitas Samudra Langsa dan STAIN Zawiyah Cot Kala tak bisa lagi menembuk ke kampus itu.
Satkorlak dibantu anggota Satpol PP dan polisi setempat mulai membantu masyarakat di Dusun Yanjung Putus, Kampung Jawa Belakang. Di desa itu dua buah dapur umum telah didirikan, begitu juga di beberapa desa lainnya.(irs/sri/udin/sud)

Selengkapnya...

Wednesday 13 August 2008

Kader Partai SIRA Diminta Tidak Arogan

Harian Aceh Selasa, 05 Agustus 2008
Banda Aceh | Harian Aceh—Kader, simpatisan dan Pengurus Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) diminta tidak arogan dalam merebut suara masyarakat Aceh. Karena, tindakan semacam itu malah akan mengikis kepercayaan masyarakat Aceh terhadap kehadiran partai lokal (Parlok) yang berbasis perjuangan ini.
“Sikap arogansi tidak akan menyelesaikan persoalan rakyat Aceh. Tidak mungkin tangan kanan memegang senjata dan tangan kiri membela rakyat,” kata Muhammad Nazar, Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) SIRA, Senin malam, di Aula tertutup Taman Budaya Banda Aceh.

Pada saat yang sama, Muhammad Nazar juga melantik Muhammad Taufik Abda sebagai Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai SIRA dan Dawan Gayo selaku Sekretaris Jenderal DPP SIRA serta seluruh kepengurusan periode 2008-2012. Di kesempatan itu, Nazar juga membuka rapat pimpinan (Rapim) I serta rapat kerja pusat (Rakerpus) Partai SIRA yang mengangkat tema ‘Bersatu Menuju Kemenangan Rakyat Aceh’.

Nazar berharap, Partai SIRA harus lebih dewasa dari usia partai itu sendiri. Para kader partai itu diminta mampu menyerap aspirasi masyarakat dengan sikap kedewasaan yang tinggi dengan tidak menampilkan sikap arogansi dan premanisme.
Menurut Nazar, kader Partai SIRA harus mampu memahami penderitaan masyarakat Aceh yang sudah berlangsung ratusan tahun silam. “Tugas kita adalah membawa masyarakat Aceh ke arah kemajuan,” ujarnya. Masa lalu, katanya, harus dilihat sebagai pengalaman untuk bercermin menggapai masa depan. “Masa depan adalah sejarah,” tegasnya.

Karenanya, lanjut Nazar, dalam menggapai masa depan, kader Partai SIRA harus bisa bersanding dengan semua elemen masyarakat Aceh lainnya. “Kita tidak boleh membalas ketidakberadaban dengan ketidakberadaban,” sarannya. “Kader Partai SIRA tidak boleh memandang partai lain sebagai musuh,” tambahnya.

Sementara Ketua DPP Partai SIRA, Muhammad Taufik Abda mengatakan terbentuknya partai ini tidak hanya dengan ucapan simsalabin. Pembentukan Partai SIRA dilalui dengan berbagai kerikil-kerikil kecil dari pihak-pihak tertentu, serta perdebatan panjang dalam penyamaan pandangan. “Karena itu, struktur serta sistem Partai SIRA harus lebih baik dari Parlok serta Parnas lainnya,” sebutnya.

Keberadaan Partai SIRA, katanya, bukan untuk memperkaya para pengurus dan kader partai, tapi untuk menampung aspirasi masyarakat Aceh. “Lebih dari itu, secara program serta perilaku politik, Partai SIRA harus lebih baik,” tuturnya.

Taufik Abda menambahkan, paradigma Partai SIRA bukan sebagai kompetitor partai lainnya. “Paradigma Partai SIRA adalah fastabiqul khairat yaitu berlomba-lomba untuk kebajikan,” tambahnya. Dalam Pemilu 2009 nanti, katanya, bukan partai yang mendapat suara terbanyak yang menang sebenarnya, melainkan yang mau berbuat untuk kebajikan bagi rakyat Aceh. “Tujuan kita ke depan bagaimana Aceh harus mandiri secara politik dan ekonomi. Jadi, kita berharap tidak hanya Partai SIRA yang menang, melainkan juga harapan rakyat Aceh yang harus kita menangkan,” tandasnya.

Sebelumnya, Taufik Abda juga sempat meminta seluruh hadirin untuk mengirim doa kepada Almarhum Ridwan Haji M. Muktar, Ketua Harian Partai Rakyat Aceh (PRA) yang meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Bunda, kemarin.(udin)
Selengkapnya...

SIRA Optimis Raih Nasib Mujur di 2009

WASPADA ONLINE, 17 juli 2008

(LANGSA) - Sekretaris Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) Kota Langsa, T. Syafrizal, SE mengaku optimis pihaknya meraih nasib mujur pada Pemilu 2009 mendatang.

Tak hanya sebatas itu, partai berhaluan 'pembebasan' rakyat Aceh ini juga memastikan akan meraih sejumlah kursi dewan dan membentuk fraksi di DPRK setempat.

"Dengan keberhasilan lolos sebagai peserta Pemilu 2009, adalah langkah awal bagi Partai SIRA Kota Langsa untuk melaju ke tahapan berikutnya," pungkas T. Syafrizal, SE (foto) kepada Waspada di Langsa, Selasa (15/7).

Dikatakannya, Partai SIRA Kota Langsa optimis mampu meraih kursi dan membentuk Fraksi DPRK Langsa guna memperbaiki nasib hidup rakyat di daerah ini. "Sudah saatnya rakyat bangkit dari segala keterpurukan masa lalu," ucap Syafrizal lagi.

Mantan Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Langsa mengatakan, keterpurukan ekonomi dan carut marutnya dunia pendidikan serta kesuraman pembangunan di segala lini mengharuskan semua pihak bertanggung jawab penuh untuk mengubah ke arah yang lebih baik.

Dalam pandangan Syafrizal, pemberdayaan perekonomian rakyat dan pembangunan di segala dimensi sudah saatnya kini antara partai dengan rakyat selaku konstituennya untuk berjuang secara bersama-sama. "Jadi, rakyat selaku pemilih jangan salah pilih," celutuknya lagi.

Lebih lanjut dia mengatakan, semua hal itu perlu disinergikan agar segala keterpurukan terbebas dari belenggu kemiskinan tersebut. "Dengan izin Allah dan dukungan rakyat Partai SIRA akan membawa perubahan guna mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera," demikian T. Syafrizal. (b23)
Selengkapnya...

Partai SIRA Berlogo Cinta Damai

Theglobejournal.com Tanggal 5 Maret 2008

Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) yang telah mengesahkan logo partai berwarna biru laut (warna cinta damai) dan di tengahnya bergambar bulan sabit putih---dan di depan bulan sabit melingkar 10 bintang berwarna merah ---paduan warna suci dan keberanian. Ketua II Konsolidasi Partai SIRA Safaruddin menyebutkan, lambang Partai SIRA mencerminkan Partai SIRA selalu bersikap cinta damai, dan adanya tertera 10 bintang di bendera Partai SIRA, berarti bahwa Partai SIRA bersungguh-sungguh menegakkan nilai hak asasi manusia."Partai SIRA dideklarasikan pada 10 Desember 2007.

Dan 10 Desember sebagai Hari Perayaan HAM Se-Dunia. Nah, logo bendera Partai SIRA yang berwarna biru laut dengan bulan sabit putih di tengah-tengah bersama 10 bintang berwarna merah, berarti Partai SIRA mendukung tegaknya perdamaian, keadilan dan nilai Hak Asasi Manusia di Aceh khususnya, dan di Indonesia pada umumnya,"jelas Safaruddin kepada theglobejournal.com, Selasa (4/3) malam.

Dia menambahkan, di masa mendatang, Partai SIRA segera melengkapi informasi struktur pengurus partai tingkat wilayah kabupaten/kota untuk memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Depkumham Aceh. "Insya Allah, kita bisa memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Depkumham. Kawan-kawan di tingkat kabupaten/kota sangat ikhlas bekerja untuk kepentingan mendukung perdamaian di Aceh. Partai SIRA merupakan komponen dari rakyat Aceh yang berusaha mendukung penguatan perdamaian dan penegakan nilai keadilan di Aceh lewat jalur proses penegakan perdamaian yang adil dan demokratis,"tambahnya.

Sebagaiman diketahui, hingga kini ada 13 partai politik lokal yang antara lain Partai GAM, Partai Gabthat, Partai Serambi Persada Nusantara Serikat (PSPNS), Partai Aliansi Peduli Perempuan (PARA), Partai Darussalam, Partai Rakyat Aceh (PRA), Partai Aceh Meudaulat, Partai Lokal Aceh (PLA), Partai Daulat Atjeh (PDA), Partai Pemersatu Muslimin Aceh (PPMA), Partai Aceh Aman Seujahtera (PAAS). Partai yang sudah diverifikasi yakni Partai Darussalam, PRA, PPMA. [Aiyub Syah/003]
Selengkapnya...

Wagub Aceh Ketua Majelis Partai SIRA

Harian Sinar Harapan : 14 Desember 2007
Jakarta - Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar terpilih menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA (Suara Independen Rakyat Aceh). Partai lokal yang dibentuk oleh pemuda-pemuda pengusung referendum di masa reformasi ini menetapkan Faisal Ridha sebagai sekretaris. ”Dalam kongres kemarin (Kamis, 13/12), Nazar terpilih menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA. Sedangkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Partai SIRA Muhammad Taufik Abda,” ungkap Safaruddin, Sekretaris Pelaksana Kongres kepada SH, Jumat (14/12).

Disebutkan, dalam penghitungan suara, Muhammad Taufik Abda memperoleh 142 suara yang disusul Muhammad MTA 48 suara dan Muhammad Saleh 12 suara dengan 202 suara sah. Dalam sambutan setelah pemilihan ketua, Muhammad Nazar menyatakan akan melanjutkan perjuangan rakyat Aceh secara bermartabat, demokratis, dan damai. Nazar meng-ingatkan anggotanya untuk tidak memusuhi partai lain. ”Mari mereka dijadikan mitra yang baik untuk bersama-sama memperjuangkan aspirasi rakyat Aceh,” ungkap Nazar kepada SH, Kamis (13/12).

Menyangkut bertambahnya satu partai lokal di Aceh, pengamat politik Aceh Teuku Kemal Fasya menyambut gembira. Namun dosen Universitas Malikusaleh Lhokseumawe Aceh Utara mengingatkan partai ini harus mampu merangkul seluruh elemen sipil, termasuk anggota Komite Peralihan Aceh– organisasi veteran militer GAM dan aktivis LSM yang murni.
”Perlu diingat, visi reformasi Partai SIRA akan diuji dengan menolak aktivis oportunis bergabung,” ujar Kemal kepada SH, Jumat (14/12).
Menurutu catatan SH, hingga kini sudah ada sekitar delapan partai lokal dibentuk di Aceh termasuk Partai GAM. (murizal hamzah)
Selengkapnya...

Tuesday 5 August 2008

1000 Pimpinan Partai Sira ikut Rapimpus di Banda Aceh

Media Massa- Banda Aceh Pasca pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Partai Sira (Suara Independent Rakyat Aceh) senin malam oleh Ketua Umum Majelis Tinggi Partai SIRA, Muhammad Nazar S.Ag, di Auditorium Tamana Budaya Banda Aceh, seribuan pimpinan partai sira melakukan Rapat Pimpinan Pusat I pada Selasa pagi 5 Agustus 2008 di Gedung Sosial Banda Aceh. Demikian keterangan pers yang disampaikan oleh Shadia Marhaban selaku Ketua Panitia di Banda Aceh

Rapat tersebut, menurut Shadia, membahas serta menetapkan sejumlah draf yang telah disiapkan oleh pihak SC Panitia. Draf dimaksud berupa bahasan Rancangan Penetapan Nilai Dasar Perjuangan Partai SIRA, Pedoman Pengkaderan Partai SIRA, Platform Kebijakan Partai SIRA, Kode Etik Partai SIRA serta Rekomendasi Internal/Eksternal, bagi parlok aceh yang bernomor urut tiga tujuh tersebut.

Selanjutnya, pihak DPP Partai SIRA juga mensosialisasikan sejumlah Peraturan KPU, terdriri Peraturan No 18/2008, Kpts KPU 153/2008 dan Qanun No 3 Tahun 2008. Hal lain yang tak kalah penting, juga dilakukan sosialisasi Pedoman Penyusunan calon anggota legislatif (caleg) DPRA dan DPRK se Aceh, jelang masa pengajuan daftar caleg ke KIP di Aceh sebagai pelaksana pemilu 2009.

Pedomanan yang satu ini, lanjut Shadia, merupakan ketetapan yang telah ditetapkan oleh Majelis Tinggi Partai Suara Independent Rakyat Aceh, dimana tokoh – tokoh masyarakat Aceh yang memiliki perdamaian berkelanjutan, serta memiliki nilai kemanusiaan dan keacehan yang tinggi akan mendapat point penting.

“Dan yang terpenting nantinya, bagaimana memenangkan suara-suara rakyat Aceh secara independent tanpa mesti menjadi partai pemenang Pemilu itu sendiri,” papar Shadia, yang juga Ketua Eksternal DPP Partai SIRA, serta mantan perundingan MOU Helsinki 2005 lalu.(Dep.KH Media)
Selengkapnya...

Tuesday 1 July 2008

ART Partai SIRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI SIRA
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1

1. Anggota Partai SIRA terdiri dari :
a. Anggota Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
b. Anggota Kader, yaitu mereka yang telah lulus Sekolah Politik III
c. Anggota Biasa , yaitu mereka yang telah lulus Sekolah Politik I
d. Anggota Muda, yaitu mereka yang telah mengikuti Masa Orientasi Partai
2. Sistem dan prosedur keanggotaan serta hal-hal yang terkait dengan keanggotaan partai diatur dalam ketentuan tersendiri yang ditetapkan oleh Majelis Tinggi Partai


Pasal 2
Persyaratan Menjadi Anggota
Persyaratan menjadi anggota partai adalah sebagai berikut :
a. Penduduk Aceh yang telah berumur 17 tahun dan/atau telah menikah;
b. Dapat membaca dan menulis;
c. Menyetujui dan menerima Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Platform Partai.
d. Lulus Masa Orientasi Partai

BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA :

Pasal 3
Setiap anggota Partai SIRA berkewajiban :
1. Menegakkan dan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai serta peraturan-peraturan Partai lainnya;
2. Menjaga dan menjunjung tinggi kewibawaan dan kehormatan Partai;
Berpartispasi dalam kegiatan partai;
3. Membayar iuran pangkal dan iuran bulanan yang besarnya ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga partai;
4. Menegakkan dan menjalankan disiplin partai
Pasal 4
Setiap anggota Partai SIRA memiliki hak :
1. Hak memilih dan dipilih;
2. Hak untuk berbicara dan memberikan suara dalam setiap forum-forum pengambilan 3. keputusan Partai
3. Hak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dari Partai;
4. Hak untuk membela diri atas tuntutan dan tuduhan pelanggaran disiplin Partai;
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan Partai.

Pasal 5
Disiplin Partai
1. Anggota Partai SIRA dilarang merangkap sebagai anggota Partai lain;
2. Anggota Partai SIRA dilarang menjadi anggota organisasi sosial kemasyarakatan yang mempunyai asas dan/atau tujuan yang bertentangan dengan asas dan/atau tujuan Partai;
3. Anggota atau kepengurusan Partai SIRA harus tunduk kepada pimpinan struktur organisasi Partai yang lebih tinggi di dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan disiplin Partai lainnya yang diatur dalam Peraturan Partai.
BAB III
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 6
1. Anggota berhenti karena :
a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis.
b. Diberhentikan.
c. Meninggal dunia.

2. Anggota diberhentikan karena:
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Anggota
b. Menjadi Anggota partai politik lain
c. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan atau Ketetapan Kongres, dan atau Keputusan Rapat Pimpinan Pusat
d. Melakukan tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan keputusan atau kebijakan Partai.

3. Ketentuan pemberhentian dan pembelaan diri Anggota diatur dalam Peraturan Organisasi

BAB IV
STRUKTUR DAN KEPENGURUSAN
Pasal 7

Susunan Majelis Tinggi Partai terdiri atas :
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Anggota ;

Pasal 8
Susunan Dewan Pimpinan Pusat Partai terdiri atas :
a. Ketua Umum.
b. Ketua-Ketua.
c. Sekretaris Jenderal.
d. Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal.
e. Bendahara Umum .
f. Wakil-Wakil Bendahara.
g. Ketua-Ketua Departemen.
Pasal 9
Susunan Komite Pimpinan Wilayah terdiri atas :
a. Ketua Umum
b. Wakil-wakil Ketua.
c. Sekretaris Umum
d. Wakil-wakil Sekretaris.
e. Bendahara Umum
f. Wakil-wakil Bendahara.
g. Ketua-ketua Biro.
Pasal 10

Susunan Komite Pimpinan Kecamatan terdiri atas :
a. Ketua.
b. Wakil-wakil Ketua.
c. Sekretaris.
d. Wakil-wakil Sekretaris.
e. Bendahara.
f. Wakil-wakil Bendahara.
g. Ketua-ketua Divisi

Pasal 11
Susunan Komite Pimpinan Gampong terdiri atas :
a. Ketua.
b. Wakil-wakil Ketua.
c. Sekretaris.
d. Wakil-wakil Sekretaris.
e. Bendahara.
f. Wakil-wakil Bendahara.
g. Ketua-ketua Seksi

Pasal 12

1. Perwakilan Partai di Luar Aceh dapat dibentuk di :
a. Jakarta dan kota-kota besar lainnya dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Satu negara dan/atau gabungan beberapa negara.

2. Susunan Pengurus Perwakilan Partai di Luar Aceh sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Bendahara
d. Seksi-Seksi

Pasal 13

Dalam setiap penyusunan komposisi dan personalia setiap tingkatan kepengurusan Partai mulai dari Dewan Pimpinan Pusat, Komite Pimpinan Wilayah, Komite Pimpinan Kecamatan dan Komite Pimpinan Gampong perlu memperhatikan keterwakilan minimal 30 % perempuan

BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Bagian Kesatu
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT
Pasal 14
1. Kongres dihadiri oleh :
a. Peserta.
b. Peninjau.
c. Undangan.

2. Peserta terdiri atas :
a. Majelis Tinggi Partai
b. Dewan Pimpinan Pusat
c. Unsur Komite Pimpinan Wilayah.
d. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan
e. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap.
f. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Yang Didirikan.

3. Peninjau tediri atas :
a. Majelis Pertimbangan Partai
b. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai SIRA .
c. Unsur Badan , Lembaga dan Pokja Dewan Pimpinan Pusat.

4. Undangan terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi.
b. Perorangan.

5. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
6. Pimpinan Sidang Kongres dipilih dari dan oleh Peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Kongres terpilih, Pimpinan Sidang Sementara adalah Dewan Pimpinan Pusat Partai.

Pasal 15
Ketentuan mengenai Kongres sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Kongres Luar Biasa.

Pasal 16
1. Rapat Pimpinan Pusat dihadiri oleh:
a. Peserta
b. Peninjau
c. Undangan

2. Peserta terdiri atas:
a. Majelis Tinggi Partai
b. Dewan Pimpinan Pusat
c. Unsur Komite Pimpinan Wilayah.
d. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan
e. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap.
f. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Yang Didirikan.

3. Peninjau terdiri atas:
a. Majelis Pertimbangan Partai .
b. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai SIRA .
c. Unsur Badan , Lembaga dan Pokja Dewan Pimpinan Pusat.

4. Undangan terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi
b. Perorangan

5. Jumlah peserta, peninjau, dan Undangan Rapat Pimpinan Pusatditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pasal 17
1. Rapat Kerja Pusat dihadiri oleh:
a. Peserta
b. Peninjau
c. Undangan.

2. Peserta terdiri atas:
a. Majelis Tinggi Partai
b. Dewan Pimpinan Pusat
c. Unsur Komite Pimpinan Wilayah.
d. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan
e. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap.
f. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Yang Didirikan.

3. Peninjau terdiri atas:
a. Majelis Pertimbangan Partai.
b. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai SIRA
c. Unsur Badan, Lembaga dan Pokja Dewan Pimpinan Pusat.

4. Undangan terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi
b. Perorangan

5. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Pusat ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pasal 18
1. Rapat Koordinasi Pusat dihadiri Peserta dari:
a. Majelis Tinggi Partai
b. Dewan Pimpinan Pusat
c. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Komite Pimpinan Wilayah.

2. Dewan Pimpinan Pusat dapat mengundang pihak lain sebagai Nara Sumber.

Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Pasal 19
1. Konferensi Wilayah dihadiri oleh:
a. Peserta
b. Peninjau

c. Undangan.
2. Peserta terdiri atas:
a. Unsur Dewan Pimpinan Pusat.
b. Komite Pimpinan Wilayah.
c. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan.
d. Unsur Pimpinan Organisasi Sayap Kabupaten/Kota
e. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Yang Didirikan di Kabupaten/Kota.

3. Peninjau terdiri atas :
a. Majelis Pertimbangan Wilayah.
b. Unsur Badan, Lembaga dan Pokja Komite Pimpinan Wilayah

4. Undangan terdiri atas:a. Perwakilan Institusib. Perorangan
5. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Komite Pimpinan Wilayah.
6. Pimpinan Sidang Konferensi Wilayah dipilih dari dan oleh Peserta.
7. Sebelum Pimpinan Sidang Konferensi Wilayah terpilih, Pimpinan Sidang Sementara adalah Komite Pimpinan Wilayah.

Pasal 20
Ketentuan mengenai Konferensi Wilayah sebagaimana tercantum dalam Pasal 19 ayat (1) sampai dengan ayat (7) berlaku bagi Konferensi Wilayah Luar Biasa.
Pasal 21
1. Rapat Pimpinan Wilayah dihadiri oleh:
a. Peserta.
b. Peninjau.
c. Undangan.

2. Peserta terdiri atas :
a. Unsur Dewan Pimpinan Pusat.
b. Komite Pimpinan Wilayah.
c. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan.
d. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota.
e. Unsur Pimpinan Daerah Ormas Yang Didirikan di Kabupaten/Kota.

3. Peninjau terdiri dari :
a. Majelis Pertimbangan Wilayah.

4. Unsur Badan, Lembaga dan Pokja Komite Pimpinan Wilayah.Undangan terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi
b. Perorangan

5. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Komite Pimpinan Wilayah.
Pasal 22
1. Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh :
a. Peserta.
b. Peninjau.
c. Undangan.

2. Peserta terdiri atas :
a. Unsur Dewan Pimpinan Pusat.
b. Komite Pimpinan Wilayah.
c. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan.
d. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap Kabupaten/Kota.
e. Unsur Pimpinan Daerah Pusat Ormas Yang Didirikan di Kabupaten/Kota.

3. Peninjau terdiri atas :
a. Majelis Pertimbangan Wilayah.
b. Unsur Badan, Lembaga dan Pokja Komite Pimpinan Wilayah.

4. Undangan terdiri atas:
a. Perwakilan Institusi
b. Perorangan

5. Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan Rapat Kerja Wilayah ditetapkan oleh Komite Pimpinan Wilayah.

Bagian Ketiga
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT KECAMATAN
Pasal 23
1. Musyawarah Kecamatan dihadiri oleh :
a. Peserta.
b. Undangan.

2. Peserta terdiri atas :
a. Unsur Komite Pimpinan Wilayah.
b. Komite Pimpinan Kecamatan.
c. Unsur Komite Pimpinan Gampong
d. Unsur Pimpinan Daerah Organisasi Sayap di Kecamatan.
e. Unsur Pimpinan Daerah Pusat Ormas Yang Didirikan di Kecamatan.

3. Undangan :
a. Perorangan / tokoh masyarakat.

4. Jumlah Peserta dan Undangan ditetapkan oleh Komite Pimpinan Kecamatan.
5. Pimpinan Sidang Musyawarah Kecamatan dipilih dari dan oleh peserta.
6. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Kecamatan terpilih, Pimpinan Sidang Sementara adalah Komite Pimpinan Kecamatan.

Pasal 24
Ketentuan mengenai Musyawarah Kecamatan sebagaimana tercantum dalam Pasal 23 ayat (1) sampai dengan ayat (6) berlaku bagi Musyawarah Kecamatan Luar Biasa
Pasal 25
1. Rapat Pimpinan Kecamatan dihadiri oleh :
a. Peserta.
b. Undangan.

2. Peserta terdiri atas :
a. Unsur Komite Pimpinan Wilayah.
b. Komite Pimpinan Kecamatan.
c. Unsur Komite Pimpinan Gampong
d. Unsur Pimpinan Kecamatan Organisasi Sayap Kecamatan.
e. Unsur Pimpinan Daerah Pusat Ormas Yang Didirikan di Kecamatan.

3. Undangan terdiri dari :
Perseorangan/Tokoh Masyarakat

4. Jumlah Peserta dan Undangan Rapat Pimpinan Kecamatan ditetapkan oleh Komite Pimpinan Kecamatan.

Bagian Keempat
MUSYAWARAH DAN RAPAT TINGKAT GAMPONG
Pasal 26
1. Musyawarah Gampong dihadiri oleh:
a. Peserta
b. Undangan

2. Peserta terdiri atas:
a. Unsur Komite Pimpinan Kecamatan
b. Komite Pimpinan Gampong
c. Anggota

3. Undangan terdiri atas :
Perseorangan/Tokoh Masyarakat

4. Jumlah Peserta dan Undangan ditetapkan oleh Komite Pimpinan Gampong .
5. Pimpinan Sidang Musyawarah Gampong dipilih dari dan oleh peserta.
6. Sebelum Pimpinan Sidang Musyawarah Gampong terpilih, Pimpinan Sidang Sementara adalah Komite Pimpinan Gampong
Pasal 27
1. Rapat Pimpinan Gampong dihadiri oleh :a. Peserta b. Undangan
2. Peserta terdiri atas :a. Unsur Komite Pimpinan Kecamatanb. Komite Pimpinan Gampong c. Anggota
3. Undangan terdiri atas : Perseorangan/Tokoh Masyarakat
4. Jumlah Peserta dan Undangan ditetapkan oleh Komite Pimpinan Gampong
Pasal 28
Ketentuan tentang teknis penyelenggaraan musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana tercantum dalam BAB V diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi.
BAB VI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 29
Untuk pertama kalinya Nilai Dasar Perjuangan, Platform Partai dan Pedoman Pengkaderan disusun oleh Majelis Tinggi Partai dan disahkan dalam Rapat Pimpinan Pusat
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh Majelis Tinggi Partai melalui Peraturan-peraturan Partai;
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh Kongres;
3. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Banda Aceh
Pada Tanggal : 12 Desember 2007
P u k u l : 23.45

PRESIDIUM SIDANG KONGRES PARTAI SIRA

1. T. Rizal Fahmi; 2. Hasnazaruddin; 3. Ahmad Karim; 4. Shadia Marhaban;5. Affan Ramli;


Selengkapnya...

AD Partai SIRA

ANGGARAN DASAR PARTAI SIRA
(SUARA INDEPENDEN RAKYAT ACEH)


MUKADDIMAH
Bahwa Aceh yang pernah menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia dan pusat peradaban Islam di kawasan Asia Tenggara selalu menjadi fokus perhatian berbagai masyarakat dan bangsa di dunia hingga sekarang. Peradaban yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam tersebut telah meninggalkan kemajuan yang berbekas dan dapat dilihat dari literatur-literatur sejarah, kenegaraan dan politik, sosial ekonomi, hukum, budaya hingga pertahanan keamanan. Prilaku dan tata nilai keseharian masyarakat Aceh yang terdiri dari berbagai suku itu juga turut menggambarkan pengaruh peradaban tersebut hingga saat ini. Tetapi perjalanan panjang Aceh dari masa ke masa bukan hanya membuktikan adanya kemajuan rakyatnya di masa lalu tetapi kemunduran dan kesuramanpun turut meliputinya, terlebih-lebih sejak terjadinya perang Belanda – Aceh 1873 sampai masa-masa konflik berikutnya selama berpuluh-puluh tahun.

Bahwa rakyat Aceh yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya yang dipengaruhi nilai Islam, posisi geografis yang sangat strategis dan percampuran darah/keturunan dengan berbagai bangsa pendatang, khususnya manakala Aceh menjadi salah satu kerajaan Islam dan pusat perdagangan termasyhur selama beberapa abad tersebut telah menjadikan rakyat Aceh sebagai masyarakat yang egaliter, demokratis, berani dan terbuka. Pada sisi lainnya, karena kekayaan dan keindahan alam serta letak geografisnya yang strategis Aceh juga selalu harus berhadapan dengan berbagai kekuatan besar dari luar. Potensi Aceh yang sangat besar menjadi salah satu peluang kemajuan berkelanjutan, sekaligus tantangan yang selalu mengancam rakyatnya.

Bahwa perjalanan panjang pergolakan dan konflik di Aceh terjadi karena rakyatnya sangat berkeinginan untuk memperjuangkan negeri yang maju dalam segala bidang, berperadaban, berkeadilan, berprikemanusiaan, perdamaian berkelanjutan dan kebebasan yang Islami dan berkearifan lokal. Maka lahirlah organisasi pergerakan sipil SIRA (Sentral Informasi Referendum Aceh) pada 4 Februari 1999 untuk memfasilitasi perjuangan tersebut secara damai selama bertahun-tahun. Selanjutnya sejak 15 Agustus 2005 telah dicapai kesepakatan perdamaian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sebagai para pemangku kepentingan terhadap Aceh dan saling menghargai setelah beberapa kali proses perdamaian sebelumnya sempat maju mundur. Sejak tahun 1999, baik secara langsung maupun tidak langsung, SIRA senantiasa mendorong lahirnya serta terlibat dalam proses perdamaian tersebut.

Bahwa kesepakatan perdamaian tersebut bukan hanya hasil kerja keras dari rakyat Aceh, termasuk SIRA, tetapi juga merupakan rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Betapa rakyat Aceh mendapat ujian berat, terpaksa harus terlibat dalam sejumlah peperangan dan konflik hingga menjadi korban massal dalam peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 lalu yang tidak pernah diduga sebelumnya. Sedangkan rakyat Aceh sangat berkeinginan untuk keluar dari krisis konflik berkepanjangan, menjadi lebih maju serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan fundamental mereka.

Bahwa salah satu substansi kesepakatan perdamaian tersebut adalah rakyat Aceh diberikan kesempatan untuk membuat partai-partai politik lokal. Sedangkan kondisi hukum dan politiknya diciptakan sedemikian rupa untuk memungkinkan terwujudnya perjanjian damai tersebut. Adanya Memorandum of Understanding Helsinki yang ikutannya telah melahirkan Undang-Undang No. 11/2006 Tentang Pemerintahan Aceh, Peraturan Pemerintah No. 20/2007 Tentang Partai Politik Lokal di Aceh dan Qanun-qanun Aceh, serta kebutuhan untuk memperjuangkan perdamaian berkelanjutan, demokrasi, keadilan dan kesejahteraan-- merupakan basis politik dan hukum bagi dibentuknya Partai Politik Lokal SIRA.

Selanjutnya Partai Politik Lokal SIRA menyatakan diri menjadi kekuatan politik secara damai, demokratis dan terbuka dalam pembangunan perdamaian berkelanjutan, demokrasi, keadilan dan kesejateraan bagi rakyat Aceh serta sesuai dengan Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang No. 11/2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan peraturan-peraturan perundangan lainnya yang berlaku, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:


BAB I
NAMA, STATUS, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Partai ini bernama Partai Suara Independen Rakyat Aceh, adalah partai politik lokal yang disingkat dengan Partai SIRA

Pasal 2
Partai SIRA merupakan partai politik lokal yang menjadi wadah politik bagi rakyat Aceh dalam memperjuangkan perdamaian, demokrasi, keadilan dan kesejahteraan


Pasal 3
Partai SIRA didirikan pada hari Senin, tanggal 10 Desember 2007 Masehi/29 Zulqaidah 1428 Hijriyah bertepatan dengan hari Hak Asasi Manusia se-dunia di Banda Aceh dalam Kongres Partai SIRA pertama untuk waktu yang tidak ditentukan;

Pasal 4
Pengurus Partai SIRA tingkat pusat berkedudukan di Banda Aceh atau Ibukota Pemerintahan Aceh

BAB II
KEDAULATAN

Pasal 5
Kedaulatan Partai SIRA berada di tangan anggota dan dilaksanakan oleh Kongres

BAB III
AQIDAH , AZAS, PRINSIP PERJUANGAN DAN TUJUAN

Pasal 6
Partai SIRA ber-aqidah islamiyah yang berdasarkan al-Qur-an dan as-Sunnah

Pasal 7
Partai SIRA berazaskan Persaudaraan, Kerakyatan, Ke-Aceh-an dan Keadilan Sosial ;

Pasal 8
Prinsip Perjuangan Partai SIRA adalah pengabdian kepada Allah SWT dengan menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, kemanusiaan, kerelawanan, perdamaian dan demokrasi

Pasal 9
Partai SIRA bertujuan :
1. Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Aceh ;
2. Mendorong perdamaian yang berkelanjutan ;
3. Memperjuangkan penegakan HAM dan demokrasi di Aceh
4. Memperjuangkan kedaulatan rakyat;
5. Menciptakan keadilan sosial;
6. Mewujudkan kesejahteraan rakyat;

BAB IV
SIFAT, BENTUK DAN FUNGSI


Pasal 10
Partai SIRA bersifat independen, terbuka, perseorangan, partisipatif dan responsif

Pasal 11
Partai SIRA berbentuk partai massa dan kader

Pasal 12
Partai SIRA berfungsi sebagai media komunikasi, sosialisasi, rekruitmen dan partisipasi politik rakyat Aceh

BAB V
LAMBANG PARTAI

Pasal 13
Untuk mendapatkan sebuah lambang yang sempurna akan ditetapkan lebih lanjut dalam peraturan organisasi

BAB VI
KEANGGOTAAN

Pasal 14
Setiap penduduk Aceh yang telah memenuhi syarat serta menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat diterima sebagai anggota Partai SIRA

Pasal 15
Ketentuan mengenai keanggotaan serta hak dan kewajibannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI DAN KELENGKAPAN SERTA PERANGKAT PARTAI

PASAL 16
Struktur Organisasi Partai terdiri dari :
1. Organisasi Tingkat Pusat, terdiri dari Majelis Tinggi Partai, Majelis Pertimbangan Partai (MPP) dan Dewan Pimpinan Pusat Partai (DPP).
2. Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota, terdiri dari Majelis Pertimbangan Wilayah dan Komite Pimpinan Wilayah, disingkat KPW;
3. Organisasi Tingkat Kecamatan, terdiri dari Komite Pimpinan Kecamatan, disingkat KPK;
4. Organisasi Tingkat Gampong, dipimpin oleh Komite Pimpinan Gampong, disingkat KPG;
Organisasi Perwakilan Luar Aceh yang disebut Perwakilan.
Pasal 17
Kelengkapan Partai terdiri dari :
>>> Kelengkapan Partai di tingkat Pusat disebut Departemen;
>>> Kelengkapan Partai di tingkat Kabupaten/Kota disebut Biro;
>>> Kelengkapan Partai di tingkat Kecamatan disebut Divisi;
>>> Kelengkapan Partai di tingkat Gampong disebut Seksi;

BAB VIII
WEWENANG DAN KEWAJIBAN PIMPINAN PARTAI
Pasal 18
1. Majelis Tinggi Partai adalah Badan Pembuat Peraturan-Peraturan dan Kebijakan dan Pengawas Kebijakan Partai di tingkat Pusat.
2. Majelis Pertimbangan Partai adalah Badan Pertimbangan dan Penasehat Partai.
3. Dewan Pimpinan Pusat adalah Badan Pelaksana Harian Partai.
4. Majelis Tinggi Partai Berwenang :
a. Membuat Peraturan-Peraturan dan Kebijakan Tingkat Pusat sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Kongres/Kongres Luar biasa dan Rapat Pimpinan Pusat serta Peraturan Partai SIRA;
b. Mengesahkan dan melantik komposisi dan personalia Dewan Pimpinan Pusat
c. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat dan Komite Pimpinan Wilayah
d. Membuat aturan-aturan mekanisme penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Dewan Pimpinan Pusat Partai.
f. Mengajukan calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat untuk dipilih oleh Kongres;
g. Memilih, mengesahkan dan melantik Komposisi dan Personalia Majelis Pertimbangan Partai (MPP);


5. Majelis Tinggi Partai berkewajiban :
a. Menyusun dan mengevaluasi peraturan organisasi yang merupakan perintah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Kongres/Kongres Luar Biasa dan Rapat Pimpinan Pusat
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Kongres.

6. Majelis Pertimbangan Partai berwenang :
a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan (baik diminta maupun tidak) dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan Partai.
b. Memberikan usulan-usulan kebijakan partai.

7. Dewan Pimpinan Pusat Partai berwenang :
a. Menentukan dan menyusun komposisi struktur kepengurusan partai di tingkat pusat sesuai dengan ketentuan Partai.
b. Mengesahkan dan melantik komposisi dan personalia Komite Pimpinan Wilayah
c. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
d. Mengajukan rancangan Peraturan-Peraturan dan Kebijakan Tingkat Pusat sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Ketetapan Kongres/Kongres Luar biasa dan Rapat Pimpinan Pusat serta Peraturan Partai SIRA untuk disetujui Majelis Tinggi Partai;

8. Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat Tingkat Pusat serta Peraturan Organisasi Partai SIRA;
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Kongres.

Pasal 19
1. Majelis Pertimbangan Wilayah adalah Badan Pertimbangan dan Penasehat Partai ditingkat Kabupaten/Kota.
2. Komite Pimpinan Wilayah adalah Badan Pelaksana Partai di Tingkat Kabupaten/Kota .
3. Majelis Pertimbangan Wilayah Partai berwenang :
a. Memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan kebijakan Partai.
b. Memberikan usulan-usulan kebijakan partai.
4. Komite Pimpinan Wilayah berwenang :
a. Menentukan kebijakan Tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat maupun Tingkat Kabupaten/Kota serta Peraturan Organisasi Partai SIRA
b. Mengesahkan dan melantik Komposisi dan Personalia Komite Pimpinan Kecamatan.
c. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Komite Pimpinan Kecamatan.
5. Komite Pimpinan Wilayah berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat maupun Tingkat Kabupaten/Kota serta Peraturan Organisasi Partai SIRA
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Konferensi Wilayah.

Pasal 20
1. Komite Pimpinan Kecamatan adalah Badan Pelaksana Partai di Tingkat Kecamatan ;
2. Komite Pimpinan Kecamatan berwenang :
a. Menentukan kebijakan di Tingkat Kecamatan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat , Kabupaten/Kota maupun Tingkat Kecamatan serta Peraturan Organisasi Partai SIRA
b. Mengesahkan dan Melantik Komposisi dan Personalia Komite Pimpinan Gampong;
c. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan Komite Pimpinan Gampong
3. Komite Pimpinan Kecamatan berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat l, Tingkat Kabupaten/Kota maupun Tingkat Kecamatan serta Peraturan Organisasi Partai SIRA
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Kecamatan.
Pasal 21

1. Komite Pimpinan Gampong adalah Badan Pelaksana Partai di Tingkat Gampong
2. Komite Pimpinan Gampong berwenang menentukan kebijakan di Tingkat Gampong sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat , Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Kecamatan maupun Tingkat Gampong serta Peraturan Organisasi Partai SIRA
3. Komite Pimpinan Gampong berkewajiban :
a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah dan Rapat, baik Tingkat Pusat, Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Kecamatan maupun Tingkat Gampong serta Peraturan Organisasi Partai SIRA;
b. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Gampong

BAB IX
BADAN DAN LEMBAGA

Pasal 22
Dewan Pimpinan Pusat dengan persetujuan Majelis Tinggi Partai dapat membentuk Badan dan Lembaga untuk mendukung kegiatan-kegiatan partai dalam bidang tertentu.

BAB X
ORGANISASI SAYAP

Pasal 23
1. Partai SIRA memiliki Organisasi Sayap yang merupakan wadah perjuangan sebagai pelaksana kebijakan Partai yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan strategis, dalam rangka memperkuat basis dukungan Partai.
2. Pembentukan Organisasi Sayap diusulkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan ditetapkan oleh Rapat Pimpinan Pusat.
BAB XI
FRAKSI

Pasal 24

1. Partai SIRA memiliki Fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota yang komposisi dan personalianya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Partai.
2. Fraksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Badan Pelaksana Kebijakan Partai SIRA di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Aceh.

BAB XII
HUBUNGAN DAN KERJASAMA

Pasal 25

1. Partai SIRA memiliki hubungan dan menjalin kerjasama dengan Organisasi-Organisasi Kemasyarakatan yang didirikannya.
2. Partai SIRA dapat bekerjasama dengan organisasi kemasyarakatan/lembaga-lembaga yang menyalurkan aspirasi politiknya kepada Partai SIRA;
3. Pengaturan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 26
1. Partai SIRA dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan Partai Politik lain untuk mencapai tujuan bersama dalam rangka memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat Aceh ;
2. Partai SIRA dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan badan, lembaga dan/atau organisasi lainnya.
3. Pengaturan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Bagian Kesatu
Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Pusat

Pasal 27
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Pusat terdiri atas :
a. Kongres.
b. Kongres Luar Biasa
c. Rapat Pimpinan Pusat
d. Rapat Kerja Pusat
e. Rapat Koordinasi Pusat

2. Kongres :
a. Kongres adalah forum pemegang kekuasaan tertinggi Partai setiap 5 (lima) tahun sekali
b. Kongres berwenang :
i. Menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai.
ii. Menetapkan Program Umum Partai.
iii. Mengesahkan Laporan Petanggungjawaban Majelis Tinggi Partai
iv. Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat.
v. Memilih dan Menetapkan Komposisi dan Personalia Majelis Tinggi Partai;
vi. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat;
vii. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

3. Kongres Luar Biasa:
a. Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan dalam keadaan Luar Biasa, diadakan atas permintaan dan atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Komite Pimpinan Wilayah, disebabkan:
i. Partai dalam keadaan terancam atau menghadapi hal ihwal kegentingan yang memaksa.
ii. Dewan Pimpinan Pusat melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Dewan Pimpinan Pusat tidak dapat melaksanakan amanat Kongres sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
a. Kongres Luar Biasa diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Partai.
b. Kongres Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan Kongres
c. Dewan Pimpinan Pusat wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya Kongres Luar Biasa tersebut.
4. Rapat Pimpinan Pusat :
a. Rapat Pimpinan Pusat adalah rapat pengambilan keputusan tinggi di bawah Kongres
b. Rapat Pimpinan Pusat diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun oleh Dewan Pimpinan Pusat dengan persetujuan Majelis Tinggi Partai.
5. Rapat Kerja Pusat :
a. Rapat Kerja Pusat adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi program kerja hasil Kongres.
b. Rapat Kerja Pusat dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode kepengurusan.
6. Rapat Koordinasi Pusat adalah rapat yang diadakan atas inisiatif Dewan Pimpinan Pusat untuk membahas masalah-masalah aktual dan sosialisasi kebijakan partai.
Bagian Kedua : Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kabupaten/Kota
Pasal 28
1. Musyawarah dan Rapat-rapat Tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Konferensi Wilayah;
b. Konferensi Wilayah Luar Biasa
c. Rapat Pimpinan Wilayah
d. Rapat Kerja Wilayah

2. Konferensi Wilayah :
a. Konferensi Wilayah adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat Kabupaten/Kota yang diadakan dalam 5 (lima) tahun sekali.
b. Konferensi Wilayah berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja Kabupaten/Kota
ii. Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Komite Pimpinan Wilayah
iii. Memilih dan Metapkan Ketua Umum Komite Pimpinan Wilayah
iv. Memilih dan Menetapkan Komposisi dan Personalia Majelis Pertimbangan Wilayah
v. Menetapkan keputusan-keputusan lain
3. Konferensi Wilayah Luar Biasa:
a. Konferensi Wilayah Luar Biasa adalah Konferensi Wilayah yang diselenggarakan dalam keadaan Luar Biasa, karena adanya permintaan sekurang-kurangnya 2/3 Komite Pimpinan Kecamatan dan disetujui oleh Dewan Pimpinan Pusat, disebabkan:
i. Kepemimpinan Komite Pimpinan Wilayah dalam keadaan terancam.
ii. Komite Pimpinan Wilayah melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Komite Pimpinan Wilayah tidak dapat melaksanakan amanat Konferensi Wilayah sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
b. Konferensi Wilayah Luar Biasa diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
c. Konferensi Wilayah Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan Konferensi Wilayah.
d. Komite Pimpinan Wilayah wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya Konferensi Wilayah Luar Biasa tersebut.
4. Rapat Pimpinan Wilayah :
a. Rapat Pimpinan Wilayah adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Konferensi Wilayah;.
b. Rapat Pimpinan Wilayah berwenang mengambil keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Konferensi Wilayah.
c. Rapat Pimpinan Wilayah diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun oleh Komite Pimpinan Wilayah.
5. Rapat Kerja Wilayah :
a. Rapat Kerja Wilayah adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi program kerja hasil Konferensi Wilayah ;
b. Rapat Kerja Wilayah dilaksanakan pada awal dan pertengahan periode kepengurusan.

Bagian Ke-Tiga :
Musyawarah dan Rapat-Rapat Kecamatan
Pasal 29
1. Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Kecamatan terdiri atas:
a. Musyawarah Kecamatan
b. Musyawarah Kecamatan Luar Biasa
c. Rapat Pimpinan Kecamatan
2. Musyawarah Kecamatan:
a. Musyawarah Kecamatan adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat kecamatan yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
b. Musyawarah Kecamatan berwenang :
i. Menetapkan Program Kerja Kecamatan
ii. Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Komite Pimpinan Kecamatan
iii. Memilih dan Menetapkan Ketua Komite Pimpinan Kecamatan
iv. Menetapkan keputusan-keputusan lain
3. Musyawarah Kecamatan Luar Biasa :
a. Musyawarah Kecamatan Luar Biasa adalah Musyawarah Kecamatan yang diselenggarakan dalam keadaan Luar Biasa, karena adanya permintaan sekurang-kurangnya 2/3 Komite Pimpinan Gampong dan disetujui oleh Komite Pimpinan Wilayah, disebabkan:
i. Komite Pimpinan Kecamatan dalam keadaan terancam.
ii. Komite Pimpinan Kecamatan melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, atau Komite Pimpinan Kecamatan tidak dapat melaksanakan amanat Musyawarah Kecamatan sehingga organisasi tidak berjalan sesuai dengan fungsinya.
b. Musyawarah Kecamatan Luar Biasa diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Wilayah.
c. Musyawarah Kecamatan Luar Biasa mempunyai kekuasaan dan wewenang yang sama dengan Musyawarah Kecamatan.
d. Komite Pimpinan Kecamatan wajib memberikan pertanggungjawaban atas diadakannya Musyawarah Kecamatan Luar Biasa tersebut.
4. Rapat Pimpinan Kecamatan :
a. Rapat Pimpinan Kecamatan adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah Kecamatan
b. Rapat Pimpinan Kecamatan berwenang menyelesaikan masalah-masalah dan mengambil keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Musyawarah Kecamatan .
c. Rapat Pimpinan Kecamatan diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, dan diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Kecamatan.

Bagian Ke-Empat
Musyawarah dan Rapat-Rapat Tingkat Gampong
Pasal 30
1. Musyawarah dan Rapat-rapat Tingkat Gampong terdiri atas:
a. Musyawarah Gampong
b. Rapat Pimpinan Gampong
2. Musyawarah Gampong :
a. Musyawarah Gampong adalah pemegang kekuasaan Partai di tingkat Gampong yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
b. Musyawarah Gampong berwenang
i. Menetapkan Program Kerja Gampong
ii. Mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban Komite Pimpinan Gampong
iii. Memilih dan Menetapkan Ketua Komite Pimpinan Gampong
iv. Menetapkan keputusan-keputusan lain
3. Rapat Pimpinan Gampong :
a. Rapat Pimpinan Gampong adalah rapat pengambilan keputusan dibawah Musyawarah Gampong ;
b. Rapat Pimpinan Gampong berwenang menyelesaikan masalah-masalah dan mengambil keputusan-keputusan selain yang menjadi wewenang Musyawarah Gampong.
c. Rapat Pimpinan Gampong diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, dan diselenggarakan oleh Komite Pimpinan Gampong
Pasal 31
Peserta Musyawarah dan Rapat-Rapat Partai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIV
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 32
1. Pengambilan keputusan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Dalam hal tidak dapat dicapai mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
BAB XV
KEUANGAN DAN KEKAYAAN PARTAI
Pasal 33
Keuangan dan kekayaan partai diperoleh dari :
a. Uang Pangkal Anggota;
b. Iuran Bulanan Anggota;
c. Infaq, sadaqah, hibbah dan waqaf
d. Sumbangan yang tidak mengikat;
e. Usaha-usaha lainnya yang halal dan sah;
BAB XVI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUKUM
Pasal 34
1. Partai SIRA sebagai badan hukum diwakili oleh Dewan Pimpinan Pusat di dalam dan di luar pengadilan.
2. Dewan Pimpinan Pusat Partai SIRA dapat melimpahkan kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) kepada Komite Pimpinan Partai sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelesaian Perselisihan Hukum diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB XVII
PEMBUBARAN
Pasal 35
1. Partai SIRA hanya dapat dibubarkan oleh Kongres yang diselenggarakan khusus untuk hal tersebut.
2. Kongres tersebut dalam ayat (1) pasal ini dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Komite Pimpinan Wilayah dan dua pertiga dari jumlah Komite Pimpinan Kecamatan dan keputusan yang dihasilkan itu dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua pertiga suara yang hadir dalam Kongres.
3. Apabila terjadi pembubaran Partai, maka segala hak milik Partai diserahkan kepada organisasi sosial kemasyarakatan yang sehaluan dan ditetapkan oleh Kongres.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
1. Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga atau dalam Peraturan Organisasi Partai SIRA
2. Anggaran Dasar ini hanya dapat dirobah oleh Kongres;
3. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Banda Aceh
Pada Tanggal : 12 Desember 2007
P u k u l : 17.45 WIB
PRESIDIUM SIDANG KONGRES PARTAI SIRA

1. T. Rizal Fahmi; 2. Hasnazaruddin; 3. Ahmad Karim; 4.Shadia Marhaban; 5. Affan Ramli;
Selengkapnya...

Template by : kendhin x-template.blogspot.com